Kamis, 19 Juli 2012

Marhaban Yaa Ramadhan

Sebuah sms dari seorang sahabat masuk ke handphone saya pagi tadi, sms tersebut berbunyi:
Belajar dari sebuah akar, ia begitu gigih mencari air, menembus tanah  yang keras, demi sebatang pohon. Ketika pohon tumbuh, berdaun rimbun, berbunga indah kemudian berbuah. Maka banyak orang memuji pohon tersebut. Apakah akar juga mendapat pujian khusus? Belum tentu, tetapi akar tak pernah mengeluh, ia tetap bersembunyi dalam tanah dan terus bekerja untuk memberi buah pada pohon tersebut. Dari akar-lah kita belajar ketulusan dan kerendahan hati. Semoga jiwa ini setulus dan seikhlas akar. 
Saya merasa filosofi akar ini baik itu dipahami dan diterapkan. Terkadang kita begitu sulit untuk tetap berada dalam keadaan tulus dan rendah hati dalam menghadapi berbagai macam kenikmatan yang ditawarkan oleh dunia. Saya terkadang melakukan banyak kesalahan dan menjadi manusia yang lupa diri. Padahal seharusnya kita sering berefleksi dengan firman Allah SWT:
 "Fabiayyi aala i rabbikumaa tukadzibaan…" (maka ni’mat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?) QS. 55:13.
Semoga senantiasa ada peningkatan dalam suasana Ramadhan ini baik perilaku, perkataan dan perbuatan. Tidak hanya sekadar waktu untuk berefleksi tetapi juga meningkatkan keimanan dalam diri. Dengan segenap hati saya ingin mengucapkan kepada seluruh umat muslim di segala penjuru dunia:
Marhaban Yaa Ramadhan.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa.
Mohon maaf lahir dan batin.

 M,
Yogyakarta, Juli 2012

Rabu, 18 Juli 2012

Membaca ART|JOG|12

ART|JOG|12 adalah sebuah art fair yang diselenggarakan pada 14-28 Juli 2012 di Taman Budaya Yogyakarta. Perhelatan seni ini memamerkan 195 Karya yang dikerjakan oleh 150 seniman. ART|JOG kelima kalinya ini hadir semenjak tahun 2008 untuk menyemarakkan dunia seni rupa Indonesia dan Asia. Panitia membuka diri selebar-lebarnya kepada para seniman untuk mengajukan aplikasi yang telah dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2012 lalu. Hasilnya departemen arstistik  ART|JOG|12  harus melakukan seleksi terhadap 883 aplikasi dengan karya berjumlah 1.692 buah. 
Tema dari ART|JOG|12 di pintu masuk.

 
Gambar baliho dari ART|JOG|12

Mengetahui ada event semenarik ini sebetulnya setelah membaca berita di Koran Kompas kolom Galeri. Saya sempat tertarik dengan  ART|JOG  yang diadakan tahun lalu, karena karya seni yang dipamerkan sangat aktual dan syarat nilai-nilai refleksi baik itu permasalahan sosial, ekonomi, politik ataupun budaya itu sendiri. Tema yang ditampilkan pada  ART|JOG|12  kali ini yaitu “Looking East: A Gaze upon Indonesia Contemporary Art artinya Art-Fair ini diangkat sebagai suatu upaya untuk (kembali) mencari dunia (yang disebut) timur; sebagaimana dahulu negara-negara Barat berlomba-lomba mencari hasil bumi dan bahan mentah sampai di kawasan Timur, termasuk Indonesia. Acara ini seolah-olah menunjukkan keadaan Indonesia dari kacamata para seniman.

Pintu masuk TBY yang juga dijadikan buah karya berjudul "The Lost Vegetation" karya Joko Dwi Avianto, merupakan simbolisasi vegetasi "hutan" yang berubah wujud bahkan hilang. 

Karya yang dipamerkan di depan pintu masuk Taman Budaya Yogyakarta berjudul, "Hope and Hold" karya I Made Widya Diputra, sebuah kritik terhadap bangsa Indonesia. Negara yang kaya akan pangan tetapi masih banyak warganya yang tidak sejahtera ibarat 'Kelaparan di Lumbung Pangan' divisualisasikan melalui gajah yang mati kehausan diantara tumpukkan kelapa (air kelapa). 

Pada dasarnya  ART|JOG|12  dibagi menjadi tiga seksi yaitu art fair, commission work dan special presentation. Pada seksi commission work akan tampil tiga seniman yaitu I Made Widya Diputra, Joko Dwi Avianto, dan Angki Purbandono. Sementara special presentation menampilkan Ashley Bickerton (AS) dan Wim Delfoye (Belgia). Perhelatan seni ini  menampilkan karya-karya seniman pemula dan senior.


sebuah karya, perpaduan antara wayang dan robot


conscience (suara hati)


Karya ini berjudul "They Say, Upright to me, Upside Down to you" karya Ivan Sagita, merupakan wujud alam sadar yang menggerakan individu-individu.

Laksmi Sitaresmi menciptakan karya ini untuk menerangkan bahwa gajah merupakan simbol kekuatan yang bermartabat, di karyanya tersebut gajah yang memiliki payudara banyak menjadi sebuah harapan bagi kediriannya untuk menjadi seorang perempuan yang  berguna dan berlaku adil bagi semua terutama anak-anak, karya ini diberi judul "The Rhythm of the Balance of My Life".

Karya Endang Lestari berjudul "Blow Me (I want to be primitive without culture)" merupakan kisah meniup yang dikenal di berbagai kisah reliji dan mitologi. Ini merupakan salah satu karya yang menjadi favorit saya, karena ssangat detail dan mengena. 

 replika tempat jenazah

Bagi saya  ART|JOG|12  ini menarik untuk dinikmati, kita bisa berefleksi sebagai bangsa besar yang telah banyak mengalami peristiwa yang patut untuk dokumentasi. Para seniman berupaya untuk divisualisasikan melalui karya-karya seni yang diimbuhi banyak kritik, misalnya dalam sebuah lukisan yang dipenuhi oleh branch atau merk dagang kemudian ada tulisan "Hello, rich people...!".

lukisan merk dan brand: Hello rich people..!! Merupakan sindiran terhadap kesuksesan perusahaan-perusahaan besar dalam sistem kapitalisme.

penggambaran kekuasaan perempuan yang ironis

Berjudul "Wayang Lakon Terwelu Girl Band" karya Agustina Tri Wahyuningsih, sebuah kritik terhadap fenomena menjamurnya Girl Band dan Boy Band di Indonesia



lukisan dua wajah, yang jika dilihat dari kanan tanpa topeng dan jika dilihat dari kiri menggunakan topeng, seolah-olah cermin sikap dan perilaku manusia.

kaki kuda dan jas

Berjudul "The Wild and The Beast" karya Sri Astari, pengambaran bahwa dari setiap diri manusia terdapat kekuatan naluri alamiah, semangat kekuatan dan indera mengenali yg jernih, perempuan liar yang mewakili naluri alamiah. Sedangkan komodo merupakan pengambaran hewan liar dan langka yang menapaki pantai-pantai kehidupan.



Berjudul "Mythic Airways" karya Pintor Sirait, sebuah refleksi untuk memahami mitologi dasar budaya Indonesia, mengambil sejarah ringkas industri dirgantara Indonesia sebagai sebuah metafora untuk menyampaikan pola-pola budaya cetakan secara mendalam yang ditampilkan melalui judul-judul bermacam-macam media cetak.


Karya Adi Panuntun ini berjudul "Constellation Neverland", penggambaran kerinduan akan hujan dan salju diwujudkan dengan pembuatan lingkungan artifisial. Semua ini diwujudkan untuk membangun suasana hati penontonnya sehingga dapat mempengaruhi pengalaman emosi dan pikiran-pikiran manusia.

Merupakan gerobak yang ditarik oleh kuda, namun seekor kuda tersebut hanya divisualisasikan melalui ekor-nya yang dapat bergerak-gerak setiap beberapa detik. Sehingga jika didekati cukup mengagetkan.


Video ini menggambarkan lukisan yang terbakar, tertiup angin, dan disiram hingga luber namun tetap kembali eksis seperti semua. Perwujudan semangat yang tak hilang meski menghadapi berbagai tantangan.

Penggabungan antara lukisan dan video. Tentu tahu ini objek dari karya ini merupakan mata dan bibir indah dari aktris Hollywood, Angelina Jolie. Menonjolkan sisi-sisi keindahan perempuan yang biasa dinikmati secara visual.  

Lukisan wajah perempuan berbagai ekspresi, lukisan ini cukup unik karena lukisan ini timbul serta memiliki ekspresi kuat yang cukup mengerikan.


Foto Marilyn Monroe yang dibuat dari tuts-tuts aksara berbagai bahasa, bahkan jika dilihat secara jeli ada yang merupakan aksara jawa.


Hasil fotografi unik yang memadukan antara hal biasa dengan hal yang tak biasa.

Sebuah piringan hitam yang disusun dan dipahat hingga membentuk tengkorak.

Berjudul "Red Cycle" karya Erianto, sangat unik dengan roda bersegi enam.

Karya Budi Kustarto bertajuk "On the Move", merupakan penggambaran tubuh manusia dalam patung menghadapi banyak persoalan-persoalan hidup ada yang dipisah-pisah, dikotak-kotakkan selayaknya sebuah barang yang hanya dilandaskan kepentingan hidup semata

Dagadu yang merupakan merk souvenir terkenal di Yogyakarta juga menyediakan souvenir khusus di acara ini.


Para perusahaan yang telah memberikan sponsor dalam terselenggaranya event ART|JOG|12 ini.


pintu keluar ART|JOG|12


Sebetulnya masih banyak karya seni luar biasa yang dipamerkan di ART|JOG|12 ini. Beberapa diantara menyiratkan makna filosofi hidup dan menunjukkan realitasnya kepada manusia dan khalayak. Bagi para pengunjung, ART|JOG|12 bukan saja sekedar arena transaksi jual beli karya seni. Lebih dari itu, ART|JOG|12 menawarkan ruang pertemuan dan interaksi langsung antara karya seni, seniman, dan publik seni dari beragam latar belakang profesi dan geografis, yang disatukan dalam satu peristiwa: pengalaman artistik yang unik dan eksklusif, yang tidak akan bisa tergantikan di tempat atau kegiatan lainnya. Maka memang  sangat berkesan jika bisa datang langsung mengunjungi event ini. Untuk informasi lebih lengkap bisa juga membuka website resminya di artfairjogja .


enjoy~

M.
Yogyakarta, Juli.


Senin, 16 Juli 2012

Membaca Perempuan Lain (2)

Beginilah tipikal perempuan yang terlalu lama memendam rasa. Malam itu saat sebagian dari orang-orang berkumpul di sebuah ruangan besar. Satu tempat dimana kita merayakan pertunjukan-pertunjukan mewah, meskipun tidak selalu pertunjukan-pertunjukan itu terlihat menarik. Aku selalu berdiri di tempat yang sama. Di balik jendela. Tempat yang paling sempurna untuk menyembunyikan diri dari berbagai pasang mata. Entah mengapa aku begitu senang bersembunyi disaat yang lain sibuk dan ribut berebutan untuk menonjolkan diri. 

Aku mungkin pemalu, pemurung, peragu atau pemendam perasaan. Namun justru saat bersembunyi itulah aku menemukanmu diantara kerumunan orang. Berdiri tegak menatap lurus ke arah panggung. Bagiku, siluet bayangan tubuhmu mudah sekali untuk dikenali. Wajahmu terkadang terlihat serius, terkadang juga tersenyum. Aku tak pernah yakin dengan apa yang kau lihat, karena aku merasa bahwa pertunjukkan itu tak cukup menarik. Dimataku, kaulah pertunjukkan menarik itu. Hingga aku menyadari bahwa memang ada perempuan lain di atas panggung itu. Perempuan lain yang membuatmu tak melepas tatapan itu walau hanya sekejap. 


Ada saat dimana aku berharap bahwa akulah perempuan diatas panggung itu, perasaan yang membuat pikiran ini menjadi tak terkendali. Tak ada yang lebih menyedihkan dari seorang perempuan agar berharap dirinya menjadi perempuan lain. Aku tahu kau tahu, dan aku yakin orang lain juga tahu kearah mana mata ini selalu menatap. Sekalipun aku selalu bersembunyi dibalik jendela, bibir orang lain takkan selalu terkatup. Aku tahu orang lain bicara dan aku tahu kau mendengar. Gerak-gerik orang yang sedang jatuh cinta itu selalu terlihat berbeda. Perasaanku memang selalu pendiam dan pemalu. Ingin aku berkelakar hanya berpura-pura. Tapi memang tak mudah menipu hati. 

Tak bisakah perempuan lain itu menghilang sejenak saja dari isi kepalamu? Karena kau tak pernah berhenti menatap perempuan lain itu, lalu bagaimana bisa aku terus mengharapkan tatapan itu berbalik mengarah kepadaku? Tetapi seiring jalannya waktu yang aku lakukan justru sebaliknya. Aku mencoba untuk mengikhlaskan diri. Aku pun juga tak ingin lagi menjadi seperti perempuan lain itu. Aku tak akan memaksakan perasaanmu. Teruslah menatap perempuan lain itu.  

Itulah sebabnya aku memutuskan untuk berhenti.
Ya, berhenti menatapmu. 

M.
Saat Yogyakarta terasa begitu dingin, Juli 2012. 

*Picture from doodlersanonymous

Rabu, 11 Juli 2012

Perempuan Lain

Sebuah BBM darimu masuk pukul sembilan malam. Aku hanya mengintip dari layar chats dan tidak membukanya. Pesan singkat itu berbunyi, Aku bisa minta bantuanmu? Ini sudah sekian lama sejak terakhir kali kita saling mengirimkan pesan. Aku tak yakin untuk membuka pesan itu. Aku berniat pura-pura tidak menyadari jika ada pesan masuk itu. Jadi kuputuskan untuk tidak mengubah tanda pesan di BBM dari D menjadi R. Namun sebuah BBM lain masuk lima menit kemudian, Ayahku menikah lagi

Aku masih terdiam menatap layar handphoneku. Butuh waktu beberapa menit untuk meyakinkanku bahwa pesanmu itu bukan sekedar candaan atau hacking dari teman-teman usilmu. Aku memutuskan untuk menjawabnya dengan satu kata, serius?

Dan seperti apa yang kau katakan, Ayahmu menikah lagi. Kau memintaku untuk membantu menguatkan perasaan adik perempuanmu yang mungkin saja tidak sekuat perasaanmu. Anehnya, aku masih saja menerima permintaan tolongmu dan mau berbagi kesedihan yang kau alami. Kita memang pernah dekat, namun aku tak pernah menyangka bahwa aku akan menjadi orang pertama yang kau hubungi disaat kau dalam keadaan resah seperti ini. Atau hanya disaat seperti inilah aku ada dalam benakmu. Dari sekian banyak waktu yang kau habiskan untuk bergelut antara kuliah dan berkerja, aku hanya ada disaat kau dirundung masalah. Ironisnya aku merasakannya sebagai suatu kehormatan, bisa berada sebagai seorang yang kau andalkan disaat perempuan mana pun tak lagi mampu lagi kau harapkan. 

Malam itu pula kau menceritakan padaku bahwa ayahmu sudah lama memutuskan untuk menikah lagi. Kau berusaha meyakinkan ayah untuk memberikan lebih banyak waktu hingga adik perempuanmu tumbuh lebih dewasa namun dia tak lagi mau menunggu. Meski kau berulang kali meyakinkan dirimu sendiri bahwa pernikahan itu bukan lagi soal pengkhianatan. Tetap sulit menerima kenyataan bahwa ayah tidak lagi mencintai ibu dan ada perempuan lain yang dicintai ayah. Lantas apakah cinta ayah kepada anak-anaknya juga luntur selayaknya cinta ayah kepada ibu? Kenyataannya kita tak lagi harus menjawab pertanyaan seperti itu karena kehidupan itu tidak hanya urusan cinta semata. Realitas selalu membuat kita mengesampingkan cinta yang terlihat seperti ilusi. Aku tak pernah tahu, ayahmu menikah lagi karena mencintai perempuan lain atau karena ada hal lain? Tetapi menurutku bagi ibu dan adik perempuanmu yang terlihat hanyalah hal yang sama, luka


Malam lain, kau bercerita bahwa ayahmu tak lagi berada di rumah dan memutuskan untuk menghabiskan Hari Raya tahun ini di rumah istri barunya. Untuk alasan itulah dia memintamu pulang menemani ibumu. Karena bertahun-tahun kau tidak pernah pulang, kau menyesalkan betapa sulitnya menemui ibumu lagi dalam keadaan terluka. Kukatakan padamu, ibumu pasti akan bahagia jika kau pulang karena dia mengetahui bahwa anak laki-lakinya begitu pengertian terhadap ibunya. Kau akan menjadi laki-laki yang paling diharapkan oleh ibumu, kataku dalam pesan terakhir. 

Sejak semula kau membuatku seperti tersengat listrik dengan kabar itu. Tapi hal yang terus aku pikirkan justru perasaanmu terhadap ayahmu. Setelah tiga hari yang lalu, akhirnya aku beranikan diri untuk bertanya padamu, Ayahmu menikah lagi, kamu sakit hati? Lalu kau jawab, Iya, sakit itu ada, tapi aku terpaksa memahami ayah. Begitulah. Ternyata memang mudah seorang laki-laki memahami laki-laki lain. Aku pun mencoba untuk memahami perasaan ibu dan adik perempuanmu. Aku membayangkan seandainya aku adalah mereka. Mampukah aku memaafkannya? Mampukah aku menerima kenyataan seperti itu? Aku sebagai perempuan mencoba memahami perasaan-perasaan itu, perasaan perempuan-perempuan yang terluka. Namun bagaimana dengan perempuan lain yang dinikahi oleh ayahmu? Haruskah aku memahami perasaan perempuan lain itu? Apakah perempuan lain itu tidak memahami perasaan ibumu? Perempuan lain itu juga perempuan.

Jadi, benarkah perempuan selalu bisa merasakan perasaan perempuan yang lainnya? Terkadang aku tidak percaya.

M.
Semarang, Juli 2012.

Senin, 09 Juli 2012

Jogja Japan Week (JJW) 2012

Awal mula mengetahui adanya penyelenggaran acara ini karena kebetulan lewat jalan Malioboro dan melihat miniatur gapura tradisional Jepang (Torii Gate). Gapura ini didirikan di depan benteng Vedeburg selama 1 bulan untuk memperingati berdirinya kerjasama Jogja–Kyoto Sister Province yang telah berlangsung selama 27 tahun sejak 1985. 



JJW sendiri diadakan setiap dua tahunan, untuk menunjukkan bagaimana hubungan yang telah dijalin antara Yogyakarta dan prefektur Kyoto. Acara ini mengangkat tema “Shunkashuutou Matsuri” atau bisa diartikan sebagai “Perayaan 4 Musim”. Tidak heran jika JJW menyediakan ruangan simulasi empat musim di Jepang, misalkan musim gugur yang khas dengan bambu dan daun-daun yang berguguran, musim salju dengan dengan tamburan salju dan rumah yang terbuat dari salju (tapi tentu saja bukan salju betulan)^^, atau musim semi yang akrab dengan bunga sakura. Dengan adanya ruang simulasi ini, para pengunjung diperbolehkan foto-foto seolah-olah berlatar belakang 4 musim di Jepang. Bernarsis ria~ :) 


bareng Hani, Valent & Ana di simulasi ruang minum teh Musim Semi ;)


masih bareng orang yang sama di simulasi musim gugur :)


 orangnya masih sama tapi ini di simulasi musim dingin pake salju bo'ongan XD


gak nemu simulasi musim panas atau emg ini kali ya~ (alias diluar gedung) 
secara Jogja udah fanas~ XD


Karena JJJW ini diadakan secara bergiliran dan kebetulan kali ini berada di Yogyakarta maka JJW lebih banyak memperkenalkan kebudayaan masyarakat Jepang. Misalkan adanya pelatihan menulis huruf jepang: Japanese calligraphy (書道, shodō) berupa hiragana, katakana atau kanji, kemudian permainan jepang seperti kereta api, ada pula kesenian jepang seperti manga, ikebana, dan origami. Pada dasarnya para pengujung juga boleh berpartisipasi mengikuti kegiatan yang ada, misalnya membuat kolase, origami, merangkai ikebana, atau juga menyewa kostum baju kimono. Akan tetapi ditahun ini ada beberapa kegiatan berupa perpaduan antar budaya Jepang dan budaya Jawa seperti Lomba menulis kaligrafi bahasa Jawa, lomba menulis Shodou Media Uchiwa, ada juga lomba karoke bahasa jawa, lomba mendongeng bahasa Jawa, dan lomba geguritan. Karena sebenarnya budaya Jepang dan Jawa sedikit mirip, contohnya untuk menanyakan harga, bahasa Jepang 'ikura desu ka?' sementara bahasa Jawa 'iki piroan kah?' *maksa* XD.

Di dalam JJW juga ada pameran beberapa lukisan anak-anak di Kyoto yang bertema kebudayaan dan persahabatan. Diluar gedung Jogja National Museum tempat diadakannya JJW ini juga digelar stand kuliner dan souvenir yang bernuansa Jepang, misalnya ada sushi, mie ramen, chicken katsu, dll. Jajanan selain masakan Jepang juga sebetulnya disediakan. Akan tetapi yang sempat  saya cicipi hanya jus kedelai hijau, karena makanan Jepang jenis lain sebelumnya sudah pernah saya cicipi :P

 beberapa kegiatan yang ada, tapi ini belom semua :) 

 workshop origami 

karikatur yang menjadi ciri khas Yogyakarta dan Kyoto

 lukisan anak-anak Kyoto yang dipamerkan :)

manga, karikatur, & shodō

 miniatur stasiun kereta api Jepang berupa mainan :)

dilorong pameran lukisan dan rangkaian ikebana ^^

Melihat dari sisi kemanfaatannya, adanya bentuk kerjasama dan kegiatan JJW ini bisa memjadikan pemerintah ataupun lapisan masyarakat belajar banyak dari kota Kyoto, karena kemiripan antara Kyoto dan Yogya yang sama-sama memiliki unsur kental budaya dan pendidikan, sebetulnya mampu dijadikan batu loncatan kemajuan Yogya. Jangan sampai dengan adanya hubungan kerja sama ini kita menjadi terlena dengan pengaruh budaya Jepang atau ekspansi ekonomi dari barang-barang industri dari Jepang saja. Kita bisa memanfaatkannya dengan mempelajari latar belakang budaya, etos kerja dan prinsip hidup orang Jepang yang syarat dengan kerja keras dan disiplin. Hal ini bisa diwujudkan dengan memanfaatkan peluang ekonomi dan bisnis atau kerjasama pendidikan berupa riset, beasiswa, exchange studies, pengembangan isu kawasan dengan universitas-universitas di Yogyakarta maupun Kyoto. Bagaimanapun, kita harus mencoba berbaur tanpa harus melebur. 

salah satu peribahasa jepang, yang dipajang disekitaran JJW

Serangkaian JJW ini juga terdiri dari berbagai kegiatan menarik misalnya lomba-lomba, Japanese Mini Games, Pemutaran Film-film Jepang, Teater Enjuku, Penampilan Nihon Buyou dari Ai Hasuda, bahkan seminar pendidikan. Untuk lebih jelasnya mengenai agenda kegiatan bisa mengunjungi websitenya di jogjajapanweek.

Cheers~^^

M.
Yogyakarta, Juli 2012