Awal mula mengetahui adanya penyelenggaran acara ini karena kebetulan lewat jalan Malioboro dan melihat miniatur gapura tradisional Jepang (Torii Gate). Gapura ini didirikan di depan benteng Vedeburg selama 1 bulan untuk memperingati berdirinya kerjasama Jogja–Kyoto Sister Province yang telah berlangsung selama 27 tahun sejak 1985.
JJW sendiri diadakan setiap dua tahunan, untuk menunjukkan bagaimana hubungan yang telah dijalin antara Yogyakarta dan prefektur Kyoto. Acara ini mengangkat tema “Shunkashuutou Matsuri” atau bisa diartikan sebagai “Perayaan 4 Musim”. Tidak heran jika JJW menyediakan ruangan
simulasi empat musim di Jepang, misalkan musim gugur yang khas dengan
bambu dan daun-daun yang berguguran, musim salju dengan dengan tamburan
salju dan rumah yang terbuat dari salju (tapi tentu saja bukan salju
betulan)^^, atau musim semi yang akrab dengan bunga sakura. Dengan
adanya ruang simulasi ini, para pengunjung diperbolehkan foto-foto
seolah-olah berlatar belakang 4 musim di Jepang. Bernarsis ria~ :)
bareng Hani, Valent & Ana di simulasi ruang minum teh Musim Semi ;)
masih bareng orang yang sama di simulasi musim gugur :)
orangnya masih sama tapi ini di simulasi musim dingin pake salju bo'ongan XD
orangnya masih sama tapi ini di simulasi musim dingin pake salju bo'ongan XD
gak nemu simulasi musim panas atau emg ini kali ya~ (alias diluar gedung)
secara Jogja udah fanas~ XD
Karena JJJW ini diadakan secara bergiliran dan kebetulan kali ini berada di Yogyakarta maka JJW lebih banyak memperkenalkan kebudayaan masyarakat Jepang. Misalkan adanya pelatihan menulis huruf jepang: Japanese calligraphy (書道, shodō) berupa hiragana,
katakana atau kanji, kemudian permainan jepang seperti kereta api, ada
pula kesenian jepang seperti manga, ikebana, dan origami. Pada dasarnya
para pengujung juga boleh berpartisipasi mengikuti kegiatan yang ada,
misalnya membuat kolase, origami, merangkai ikebana, atau juga menyewa
kostum baju kimono. Akan tetapi ditahun ini ada beberapa kegiatan berupa perpaduan antar budaya Jepang dan
budaya Jawa seperti Lomba menulis kaligrafi bahasa Jawa, lomba menulis Shodou Media
Uchiwa, ada juga lomba karoke bahasa jawa, lomba mendongeng bahasa Jawa,
dan lomba geguritan. Karena sebenarnya budaya Jepang dan Jawa sedikit mirip, contohnya untuk menanyakan harga, bahasa Jepang 'ikura desu ka?' sementara bahasa Jawa 'iki piroan kah?' *maksa* XD.
Di dalam JJW juga ada pameran beberapa lukisan anak-anak di Kyoto yang bertema kebudayaan dan persahabatan. Diluar gedung Jogja National Museum tempat diadakannya JJW ini juga digelar stand kuliner dan souvenir yang bernuansa Jepang, misalnya ada sushi, mie ramen, chicken katsu, dll. Jajanan selain masakan Jepang juga sebetulnya disediakan. Akan tetapi yang sempat saya cicipi hanya jus kedelai hijau, karena makanan Jepang jenis lain sebelumnya sudah pernah saya cicipi :P
Di dalam JJW juga ada pameran beberapa lukisan anak-anak di Kyoto yang bertema kebudayaan dan persahabatan. Diluar gedung Jogja National Museum tempat diadakannya JJW ini juga digelar stand kuliner dan souvenir yang bernuansa Jepang, misalnya ada sushi, mie ramen, chicken katsu, dll. Jajanan selain masakan Jepang juga sebetulnya disediakan. Akan tetapi yang sempat saya cicipi hanya jus kedelai hijau, karena makanan Jepang jenis lain sebelumnya sudah pernah saya cicipi :P
beberapa kegiatan yang ada, tapi ini belom semua :)
workshop origami
karikatur yang menjadi ciri khas Yogyakarta dan Kyoto
lukisan anak-anak Kyoto yang dipamerkan :)
manga, karikatur, & shodō
miniatur stasiun kereta api Jepang berupa mainan :)
dilorong pameran lukisan dan rangkaian ikebana ^^
Melihat dari sisi kemanfaatannya, adanya bentuk kerjasama dan kegiatan JJW ini bisa memjadikan pemerintah ataupun lapisan masyarakat belajar banyak dari kota Kyoto, karena kemiripan antara Kyoto dan Yogya yang sama-sama memiliki unsur kental budaya dan pendidikan, sebetulnya mampu dijadikan batu loncatan kemajuan Yogya. Jangan sampai dengan adanya hubungan kerja sama ini kita menjadi terlena dengan pengaruh budaya Jepang atau ekspansi ekonomi dari barang-barang industri dari Jepang saja. Kita bisa memanfaatkannya dengan mempelajari latar belakang budaya, etos kerja dan prinsip hidup orang Jepang yang syarat dengan kerja keras dan disiplin. Hal ini bisa diwujudkan dengan memanfaatkan peluang ekonomi dan bisnis atau kerjasama pendidikan berupa riset, beasiswa, exchange studies, pengembangan isu kawasan dengan universitas-universitas di Yogyakarta maupun Kyoto. Bagaimanapun, kita harus mencoba berbaur tanpa harus melebur.
salah satu peribahasa jepang, yang dipajang disekitaran JJW
Serangkaian JJW ini juga terdiri dari berbagai kegiatan menarik misalnya lomba-lomba, Japanese Mini Games, Pemutaran Film-film Jepang, Teater Enjuku, Penampilan Nihon Buyou dari Ai Hasuda, bahkan seminar pendidikan. Untuk lebih jelasnya mengenai agenda kegiatan bisa mengunjungi websitenya di jogjajapanweek.
Cheers~^^
M.
Yogyakarta, Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar