Minggu, 28 Juli 2013

Penyuluhan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Desa Margoagung, Seyegan, Sleman

Adanya penyelenggaraan program ini dimulai dengan sebuah permasalahan yaitu para pegawai kelurahan masih belum memahami jenis-jenis perbuatan yang dapat digolongkan dalam Tindak Pidana Korupsi sehingga terkadang mereka menentukan suatu kebijakan tertentu dengan niat baik bagi kepentingan masyarakat namun diketahui oleh LSM atau lembaga hukum lain yang ternyata kebijakan tersebut termasuk dalam jenis tindak pidana korupsi. Oleh sebab itu untuk memperluas pengetahuan para pegawai dan pejabat kelurahan Desa Margoagung dan mencegah terjadi perkara yang tidak diinginkan maka dibutuhkan penyuluhan atau pelatihan terkait dengan Tindak Pidana Korupsi dan Gratifikasi.


Pada tanggal 28 Juli 2013, KKN-PPM UGM berkerjasama dengan Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM mengadakan Penyuluhan Hukum tentang Anti Korupsi dan Gratifikasi di Balai Desa Margoagung, Seyegan, Sleman. Dengan pembicara Faris Fachryan S.H. yang merupakan peneliti muda di PUKAT, membuka penyuluhan dengan penjelasan terkait dengan gratifikasi.


Acara ini berjalan lancar dengan dihadiri oleh 15 orang dari pegawai atau perangkat Desa dan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). Bahkan beberapa diskusi menarik sempat muncul dalam sesi tanya-jawab dengan pembicara. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan adalah seputar gratifikasi yang sering terbentur dengan unggah-ungguh atau sopan santun yang telah ada di masyarakat Jawa itu sendiri. Pada dasarnya, kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang tindak pidana korupsi khususnya yang terkait dengan gratifikasi dapat menjadi penyebab keterlibatan seseorang dalam perkara korupsi khususnya gratifikasi. Di sisi lain, kurangnya pengetahuan tersebut dapat juga menyebabkan timbulnya rasa ketakutan yang berlebihan pada setiap orang penyelenggara urusan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Untuk itu, bagi Perangkat Desa dibutuhkan pemahaman yang tepat agar dapat berdampak positif dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawab setiap perangkat desa. 

KKN-PPM Unit SLM 21 menyelenggarakan kegiatan penyuluhan hukum ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan dapat digunakan sebagai pengetahuan dalam menghindari diri sendiri dan rekan kerja lainnya dari keterlibatan dalam tindak pidana korupsi dalam hal ini gratifikasi.


Penanggung Jawab Kegiatan:
Mazia Rizqi Izzatika
Ghina Rahmantika
Fadhil

Selasa, 23 Juli 2013

The Other Side of Us

Dinginnya malam tidak membuat kita menyerah untuk kembali ke pondokan dan membungkus diri dengan selimut hangat. Kita justru melanjutkan perjalanan untuk menghabis sisa-sisa waktu menuju tengah malam. Hingga sampailah pada sebuah cafe yang sebetulnya berada tak jauh dari campus yang telah lama kita kenal. Malam itu kita bertujuh seperti masuk pada sisi lain dari pribadi masing-masing. Hingga percakapan tentang rasa dan ketertarikan dengan lawan jenis pun tak bisa dihindari. Entah mengapa selalu ada saja rasa ingin tahu tentang perasaan orang lain. 


Jika kalian selalu bertanya; mengapa malam itu aku menjadi begitu pendiam? Sifat asliku memang tak banyak bicara, introvert dan membenci keramaian. Dulu aku lebih memilih diam daripada mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku, kemudian aku berubah, lebih baik aku mengungkapkan daripada mengganjal dan menjadi luka. Namun kini aku paham, keduanya sama saja, jika tak digunakan tepat pada waktunya justru akan menjadi luka, yang berbeda hanya waktu. Kita setiap manusia memiliki bara di dalam dirinya, yang bisa tersulut kapan saja. Kita yang harus menjaga agar perasaan itu tetap pada porsinya.

Entah itu tentang perasaan perempuan yang mudah untuk direkayasa? atau tentang perbedaan antara rasa kagum dan rasa cinta? atau tentang perjalananmu untuk mengenali karakter setiap perempuan? Aku tak peduli. Aku tak punya niat terselubung untuk mengatakan bahwa "aku sedang ingin bermain-main". Aku hanya baru saja terluka. Semua tentang laki-laki serasa begitu skeptis, hingga membuatku berpikir "semua laki-laki itu sama saja, berbagi pada siapa saja dan lupa pada semua". Tapi yang pasti, hati manusia memang sangat mudah untuk berubah.

Aku menikmati setiap percakapan yang sama-sama kita semua lewati. Tak ada salahnya memang untuk lebih mengenali sisi lain dari seseorang. Meski ada segeliat pertanyaan; bukankah lebih baik jika kita diam dan hanyut dalam perasaan masing-masing tanpa perlu mengenal satu sama lain? Sebab kita adalah kumpulan peristiwa-peristiwa yang telah kita lewati. Kita semua berbeda dalam menjalani kehidupan. Namun disisi lain, bukan berarti kita dipertemukan hanya untuk sekadar berkenalan dan berkerja sama selama dua bulan, fate did not bring us together for nothing, isn't it?

Lesson learned. Proceed onward. Life, love and work, awaits.

M.
Yogyakarta, Juli 2013.

Selasa, 16 Juli 2013

The Bliss of Innocent

“[Kids] don't remember what you try to teach them. They remember what you are.” 
Jim Henson, It's Not Easy Being Green: And Other Things to Consider


Dua bola mata lugu itu menatapku penuh makna, tubuhnya kecil dengan kulit berwarna sawo matang yang dibalut kaos berwarna biru lusuh, tanpa alas kaki anak kecil itu berlari kesana kemari. Terkadang menatapku sejenak dengan muka yang menahan tawa, seolah-olah ada hal yang benar-benar menggelikan dariku, bahkan aku sendiri tak pernah tahu apa yang ada dipikirannya. Kemudian dia memanggil temannya yang berbadan lebih gembul untuk pergi bersamanya agar mau berkenalan denganku. "Ayoo to kenalan ama mbak-mbak KKN!" teriaknya dengan logat jawa yang kental. Aku sendiri sedikit geli mendengarnya ketika aku dan teman-teman yang lain dipanggil "mbak-mbak KKN". 


Peristiwa itu terjadi pada hari pertama ketika kami hendak menjalankan program TPA di rumah Bu RT (Bu Sumarman). Saat itu aku tidak sendirian, ada beberapa teman yang membantuku meski sebetulnya hanya ada dua orang pengajar tetap di program KKN yaitu aku dan Neena (yang juga teman satu kampus di Fakultas Hukum, UGM). Sementara dua orang lainnya yaitu Umi (dari Fakultas MIPA) dan Asty (dari Fakultas Kehutanan) hanya membantu pada pertemuan pertama kami sekaligus perkenalan dengan ibu RT. 

** 
Hari pertama kami mengajar, kami memang sedikit kikuk, sejujurnya aku sendiri tak memiliki banyak pengalaman mengajar terutama dengan anak-anak, sekalipun sebetulnya aku sendiri memiliki beberapa keponakan di rumah. Kami akhirnya memutuskan untuk cukup membimbing mengaji saja. Sambil mengikuti kegiatan yang biasanya dilakukan di TPA kecil tersebut. 

Hari kedua, kami mulai mengajarkan tentang tata cara menulis huruf hijaiyah, dengan sedikit modal kemampuan tentang menulis kaligrafi, aku memberanikan diri untuk terus mengajarkan bagaimana cara menulis huruf hijaiyah yang baik dan benar, tidak mudah ternyata, dalam beberapa hal justru kesabaranku benar-benar diuji. Belum lagi ada beberapa anak-anak kecil laki-laki yang glidik (nakal dalam bahasa jawa), sulit sekali untuk diatur. Semua itu juga mengingatkan tentang diriku ketika aku masih kecil dan sesekali membuatku berpikiran "ah namanya juga anak kecil". Sebetulnya jadwal mengajar kami dimulai dari pukul 16.30 sampai 17.15, meski terkadang molor juga, sehingga ketika sampai di pondokan KKN biasanya sudah terdengar adzan Magrib. 

***


Hari-hari menjalankan program mengajar TPA berlalu begitu cepat, melihat tingkah anak-anak kecil yang semakin lama semakin bandel terkadang membuat semangatku untuk mengajar sedikit luntur. Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka bahkan belajar sendiri agar semakin lama tulisan kaligrafiku semakin baik, namun ada kalanya ketika aku datang untuk mengajar ke rumah Bu RT di sana justru kosong melompong, ternyata karena siang hari hujan deras, anak-anak memilih untuk tidur dirumah masing-masing, atau terkadang mereka datang TPA tetapi tidak membawa buku untuk berlatih. Maka sedikit demi sedikit aku mulai mempelajari karakter mereka walaupun terkadang aku menyadari anak-anak memang tabiatnya senang bermain, atau mungkin hanya aku saja yang selalu menghadapi segala hal terlalu serius? 


Pernah pada suatu hari sebelum bulan Ramadhan, kami pergi mengajak anak-anak berkeliling dukuh Watukarung II (tempat kami berada). Selain itu supaya kami lebih mengenal lingkungan kami sekitar, sebab kami nantinya akan tinggal di desa ini selama dua bulan. Saat kami mulai menyusuri jalanan kampung, tiba-tiba salah seorang anak memintaku untuk terus mengenggam tangannya. Ketika kami mulai berjalan, dia bercerita dengan polosnya, tanpa rasa ragu, tentang sekolahnya, tentang tempat dia bermain-main, tentang keinginannya untuk seperti mbak-mbak KKN, tentang hewan-hewan di kandang ternak, tentang hal-hal lain yang begitu sederhana. Tanpa aku sadari aku pun larut dengan segala ceritanya. Yang membuatku heran adalah entah mengapa anak kecil yang satu ini tak mau melepas tanganku meski yang lain justru berlarian kesana kemari. "kenapa gak ikut maen-maen dengan anak yang lain, itu lo kesana?" tanyaku, sebetulnya aku sedikit risih jika tanganku terus menerus digenggam. "Gak mau, ntar mbak KKNnya diambil anak yang lain". Aku justru tertawa. Ada sebersit kebahagiaan ketika ternyata keberadaan kita mampu masuk ke dalam dunia mereka. 




Sebab entah apapun yang kelak akan kami tinggalkan di Desa ini, seberapa besar hal yang akan kami berikan pada mereka, anak-anak mungkin hanya akan mengenal kami sebagai "mbak-mbak KKN" mereka melihat sebagaimana yang terlihat tanpa ada prasangka, kepolosan mereka layaknya cermin yang menunjukkan siapa kami. Entah itu baik atau buruknya perilaku kami. 

Well the most sophisticated people I know is inside they are all children. Now I realized, there's nothing more contagious than the laughter of young children; it doesn't even have to matter what they're laughing about, there is kind of bliss, coming out from their innocent and I think, I am starting to like them. I am pretty sure that I am gonna miss their laughter someday. 

M. 
Sleman, July 2013.

Rabu, 10 Juli 2013

Viva La Sub-Unit 1

Selama mengikuti KKN saya menjadi bagian dari Sub-unit 1, yang mana personilnya memiliki keunikan masing-masing (unik dan aneh itu beda tipis bro), profil makhluk-makhluk unik tersebut sebagai berikut:

1) Ghina Rahmatika (Panggilan: Neena)
Sosok ceria namun sering geje ini adalah Kormasit (Koordinator Mahasiswa Tingkat sub-unit) dari Sub-Unit 1 tercinta, dimana Kormasit adalah jabatan paling menderita setelah Kormanit. Biasa di sapa nena a.ka Nenek. Asal Brebes dan merupakan mahasiswi Fakultas Hukum angkatan 2010. Mengaku pecinta langit (bukan pecinta pria apalagi wanita.kekeke~). Jika ingin mengenal lebih dekat dengan Nena bisa menghubungi akun Twitternya @neena_rahma , akhir-akhir ini dia senang sekali berkicau di Twitter, karna galau menerima kenyataan ditakdirkan menjadi kormasit subunit 1 :) 

2) Daniel Adiputra Kurniawan (Daniel/Niel/Daniel-la etc.)
Makhluk yang satu ini berasal dari Magelang, saat ini sedang menjadi mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2010 yang narsisnya kelewatan. Daniel terpaksa menjadi pria paling rajin di Subunit 1 karena dengan paksa pula telah dinobatkan menjadi Kormanit (Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit) SLM 21, sebagaimana kita semua tahu, Kormanit adalah jabatan paling menderita di KKN. Meski demikian Daniel selalu sabar dan tabah menghadapi segala cobaan hidup #halah. Daniel juga menganut aliran anti-mainstream dan sedikit "sakit jiwa" sebagaimana diungkapkan melalui akun resmi Twitternya @AdiputraDaniel. Kegemarannya adalah memasak dan motto hidupnya adalah Life is Simple bro :) 

3) Umi Nafisah (Umi~/Mie/Nafisss)
Umi adalah mahasiswi MIPA jurusan Matematika angkatan 2010, dia juga diamanahi menjadi bendahara Unit SLM 21, maka menjadi orang paling POPULER karena sering dicari oleh anggota KKN lain untuk minta uang. Di KKN ini umi akhirnya menemukan bakatnya yang terpendam yaitu Melukis wajah orang. Umi ibarat umi bagi subunit 1 karena paling rajin beres-beres dan nyapu. Umi juga berhasil dipengaruhi oleh komplotan orang di subunit 1 untuk akhirnya memiliki akun Twitter yaitu @2Faethz :) 

4) Asti Anjelita Kartika (Astiiii~)


Asti adalah mahasiswi Fakultas Kehutanan angkatan 2010 yang sangat Unik. Sebab, banyak sekali keunikan yang telah kami temukan pada makhluk yang satu ini (salah satunya kalo sudah tidur ternyata sulit sekali dibangunkan XD). Sebagai pecinta tanaman, setiap kali pergi kemana-mana selalu saja memperhatikan tanaman dan paling tidak menyentuh daunnya sambil menebak-nebak nama tanaman tersebut (-.-)'. Asti sangat pandai membuat karikatur dan pecinta komik Jepang, hasil karikatur disamping foto para makhluk Subunit 1 ini juga merupakan buah karyanya. Di KKN ini Asti menjabat posisi tak kalah penting yaitu Sekretaris Unit SLM 21. Asti selalu dipenuhi oleh aura positif dan menyebabkan orang-orang sekitarnya kesulitan mengetahui ekspresi wajah Asti yang ambigu antara bahagia atau kecewa. Untuk bisa lebih berkenalan dengan Asti, bisa melalui akun Twitter @AstiAnjelita atau Facebooknya :)

5) Chrisal Aji Lintang aka Muhammad Qibil (Qibil/Kiwil/Killbil etc.)
Pria ini adalah laki-laki tulen (maklum sering dikira perempuan karena rambut panjangnya yang sangat indah), biasa disapa Qibil, yang merupakan mahasiswa MIPA jurusan Elektronika dan Instrumentasi (Elins) angkatan 2010. Kalau ditanya: "Kenapa sih bil kamu panjangin rambut?" jawabnya, "Gak tahu, soalnya rambutnya panjang sendiri" Ya iyalah! *sambil pengen lempar kursi*. Qibil paling ahli bermain musik, segala macam jenis alat musik mampu dimaenkannya (ngakunya sih gitu), so, don't judge a book by its cover. Qibil sedikit anti dengan med-soc di internet, oleh sebab itu komplotan subunit 1 sedang berusaha sekuat tenaga untuk membujuk Qibil punya akun Twitter. Mohon doa restu supaya kami sukses~ :) 

6) Muhammad Aprizal (Mas Ichal)
Laki-laki asal Tegal ini adalah orang yang paling dituakan di Subunit 1, biasa disapa "MAS ICHAL!". Beliau merupakan mahasiswa jurusan Perikanan angkatan 2008 yang sedang mati-matian mengerjakan skripsi dan ingin segera lulus, sebab deadlinenya 8 bulan lagi akan menikah meskipun belum jelas dengan wanita mana? -.-'. Tapi inilah kelebihan mas Ichal dari anggota Subunit 1 lainnya, satu-satunya yang sudah memiliki pasangan. Mas Ichal juga makhluk hidup di subunit 1 yang memiliki frekuensi tidur paling lama di siang hari karena semalaman lembur kerja. Beliau ini mencintai kebebasan dan konsisten menjadikan "cuci piring" sebagai lahan sengketa di Subunit 1. Beliau sebetulnya mengaku punya Twitter tetapi sampai sekarang komplotan Subunit 1 belum berhasil melacak akun resmi miliknya, ya begitulah mas Ichal~ 

7) Mazia Rizqi Izzatika (Maz/Mass/Zi etc.)
Anggota terakhir dari subunit 1 adalah pemiliki resmi blog ini, yang merupakan mahasiswi Fakultas Hukum angkatan 2010 dengan konsentrasi Hukum Internasional. Anaknya baik hati, tidak sombong dan gemar menabung, buah favoritenya adalah pisang, cita-cita hidupnya menjadi jurnalis perang meskipun masih galau juga. Di KKN, Mazia dipilih menjadi Kormater Sos-Hum. Kalo ingin kepo segala sesuatu tentang Mazia bisa dilihat di akun Twitter @maziaizzatika, gak usah malu-malu, scroll terus Tweets-nya sampai bawah yaaa~ ;) 

Ada satu lagi! penyusup Sub-unit 1, yaitu:
8) Angga Khoirrurozi
Angga adalah mahasiswa MIPA dari jurusan Kimia Murni, merupakan makhluk dari UFO alias Unit Fotografi UGM. Oleh sebab itu, siapapun yang ingin eksis di foto-foto KKN sebaiknya dekat-dekat dengan Angga. Hehehe. Sebetulnya Angga anggota personil subunit 2, yang dikirim untuk menyusup di rapat Ternak Kadang "Rukun" dimana kandang tersebut berada dibawah wilayah kekuasaan sub-unit 1, jadi terpaksa ada karikaturnya di daftar hadir rapat dengan kadang ternak Rukun. Angga yang senang bekerja sendiri sebetulnya baik hati dan gemar menolong, hal ini menjadikan dirinya sebagai salah satu korban bully paling favorite. Saat ini, Angga juga berprofesi menjadi photographer freelance, berminat menghubungi Angga bisa melalui akun Twitter @angga_khoirurozi :)

Demikianlah profil personil KKN Subnit 1 SLM 21, suka dan duka akan kami lewati bersama selama dua bulan, mohon doa restunya supaya program-program kami berjalan lancar :")
Cheers~

M.
Sleman, July 2013

Selasa, 09 Juli 2013

Membaca ART|JOG|13 : Sisa-sisa Identitas Indonesia Negara Maritim

Apa yang kau suka dari mengunjungi sebuah galeri seni? 
Terkadang mengunjungi galeri seni atau pameran seni itu dapat memunculkan ide-ide kreatif sekaligus merasakan suasana artistik, keunikan yang mengena dengan objek yang penuh makna. Para seniman terbiasa berpikir diluar normalitas, dengan imajinasinya yang tinggi, pada titik-titik itulah rasa artistik itu begitu terasa bagi para penikmat seni. 


Dan entah mengapa sejak dua tahun yang lalu saya tidak pernah absen mengunjungi JOG|ART. Karya seni yang ditampilkan di JOG|ART selalu mengena; unik dan penuh imajinasi. Bagi saya, mengunjungi galeri seni merupakan cara lain untuk menumbuhkan inspirasi. Seperti tahun-tahun sebelumnya JOG|ART selalu ingin lebih daripada sekedar pameran seni. Untuk itu mengusung tema adalah suatu hal penting agar lebih memfokuskan diri bagi para seniman untuk menyampaikan kritik melalui karya seni. Tema yang dipilih kali ini adalah tentang Laut atau Marine, sesuatu hal yang sangat dekat dengan identitas Indonesia, namun menjadi kabur dan samar-samar karena tenggelam oleh berbagai macam problematika yang menjerat negara Indonesia.
Di depan pintu masuk JOG|ART|13

Jika melihat halaman depan Taman Budaya Yogyakarta (TBY), yang dikreasikan dengan bekas drum sehingga nampak seperti dinding kapal, dan beranda atas gedung juga disulap selayaknya dek-dek kapal pesiar. Para seniman ini dengan gaya artistik seolah-olah berupaya menunjukkan "Maritime Culture" dengan halus. 


Kini disela-sela kesibukan KKN, saya dan teman-teman menyempatkan diri untuk mengunjungi JOG|ART|13. Sesampai di muka gedung TBY, kami disambut oleh semacam carousel atau merry-go-around yang berisi boneka-boneka putih botak, yang sekilas sebetulnya nampak menyeramkan. Karya tersebut merupakan hasil dari Iwan Effendi berkolaborasi dengan Papermoon Puppet Theatre.  Karya ini diberi judul "Finding Lunang". 

Iwan Effendi berkolaborasi dengan Papermoon Puppet Theatre,"Finding Lunang"

Karya yang ditampilkan di ART|JOG|13 bukanlah karya-karya sembarangan saja, Direktur Eksekurif Art Jog, Satriagama Rakantaseta menjelaskan pihaknya menerima 1.423 proposal karya dari 829 seniman dari 5 negara yaitu Indonesia, Malaysia, Jepang, Australia, dan Amerika. Kemudian 139 karya dari 188 seniman pun terpilih untuk diikutsertakan dalam bursa pameran ART|JOG|13. Sementara karya-karya yang ditampilkan di JOG|ART|13 memang banyak mengingatkan kita akan sejarah negara kita yang pernah dikenal dengan negara Maritim.

Karya Agapetus A. Kristiandana, Surabaya
Sebuah karya unik yang tampilkan antara lain patung lumba-lumba dan buaya sedang bertarung, sehingga memunculkan legenda asal mula nama kota Surabaya, yang diambil dari kata suro dan boyo.
Borderless: Floating Islands oleh Entang Wiharso
Sebuah karya lain yaitu tentang pulau terapung dengan tema Borderless: Floating Islands karya Entang Wiharso, yang menggambarkan pergeseran generasi, dari masa muda, menjalin kehidupan bersama hingga akhirnya tua. Namun karya favorite saya adalah sebuah patung keramik polyester dengan bentuk seorang anak kecil sedang mengangkat ikan di atas kepalanya. 
Little Girl and the Fish karya Bunga Jeruk
See Through Rose-Colored Glasses karya Erika Ernawan dan Erik Pauhrizi
Atau karya Yani Mariani bertajuk "Samudra, Cakrawala, Garis Tangan", menyatir sebuah laku yang begitu dekat dengan kita "Nenek Moyangku seorang Pelaut", Yani mencoba mnegimajinasikan dalam karyanya agar kelak kita selalu mengenang bahwa kita pernah ada lahir dari garis tangan para pelaut, a tribute to the Mariners of the Archipelago.
Karya Yani Mariani bertajuk "Samudra, Cakrawala, Garis Tangan".
Teman-teman KKN :) 
Berhubung saya dan teman-teman KKN sendiri tidak memiliki banyak waktu, kami hanya sempat mengunjungi ART|JOG|13 pada pukul 21.00 sementara pukul 22.00 sendiri tempat tersebut sudah harus ditutup. Kurang puas rasanya jika harus menikmati pameran JOG|ART|13 dalam waktu yang begitu singkat. 

M. 
Yogyakarta, Juli 2013

Minggu, 07 Juli 2013

Penyuluhan Manajemen Sapi Potong di Desa Margoagung


Pada tanggal 7 Juli 2013 pukul 20.00 WIB di Balai Desa Margoagung, Kelompok Kuliah Kerja Nyata Program Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM Sleman Unit 21 dari Universitas Gadjah Mada berkerjasama dengan Mitra Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM menyelenggarakan penyuluhan mengenai peternakan dengan tema “Sosialisasi dan Pelatihan tentang Manajemen Budidaya Sapi, Teknologi Pakan, dan Pengolahan Limbah Ternak”. Acara ini dihadiri oleh 40 peserta yang merupakan perwakilan dari kelompok petani ternak sapi di Dusun Watukarung I dan 2, Dusun Tegalgentan, Dusun Somorai dan Dusun Benteng. Adapun sambutan yang disampaikan perwakilan perangkat Desa oleh Ketua Bagian Kemasyarakatan menyatakan sangat mendukung atas terselenggaranya acara pelatihan dan sosialisasi yang diadakan oleh mahasiswa KKN-PPM Unit 21 dan KP4, sebab dapat meningkatkan sumber daya para petani ternak sapi. 






Tujuan dari penyelenggaraan acara ini adalah untuk memberi modal dasar bagi para petani ternak sapi untuk dapat terus mengembangkan kemampuan dan kapasitas mereka terutama dalam menangani berbagai permasalahan yang muncul terkait peternakan di Desa Margoagung seperti dengan pemberian pakan alternatif dan pengolahan limbah ternak agar menjadi lebih bermanfaat. Misalnya para petani ternak sapi di dusun Watukarung, Desa Margoagung mengalami permasalahan terkait pakan alternatif dan semakin tingginya harga konsentrat pakan sapi, selama ini mereka hanya memberikan pakan konvensional (hijauan). Selain itu masih banyak dari limbah ternak sapi yang selama ini kurang dimanfaatkan dan dikelola dengan baik oleh para petani ternak sapi. 

Melalui sosialisasi dan pelatihan ini, para petani ternak sapi akan dikenalkan dengan Burger Pakan Sapi atau pakan sapi komplit dengan kelebihan dapat dijadikan cadangan pakan sapi. Pemateri yang dihadirkan dalam acara ini yaitu Ir. Bambang Suhartanto, DEA. selaku dosen Fakultas Peternakan UGM dan peneliti KP4 mengemukakan teknologi pakan ini penting untuk diketahui oleh para petani ternak sapi, sebab Burger Pakan Sapi ini justru lebih meringankan beban para petani dalam memberi pakan, dapat pula menghindari pakan sapi dari bahaya jamur dan racun akibat disimpan terlalu lama. Kebiasaan para petani ternak sapi yaitu menumpuk pakan sapi dikandang pada saat musim panen dengan melimpahnya jerami atau rumput, sehingga apabila kadang sapi dalam keadaan basah atau lembab maka pakan sapi akan beresiko terkena jamur, yang justru akan semakin berbahaya bagi hewan ternak itu sendiri. 


Beliau juga menyampaikan kedatangan mahasiswa KKN PPM dari UGM di Desa Margoagung ini nantinya yang akan ikut mendampingi para petani ternak sapi untuk meningkatkan manajemen budidaya sapi, pelaksanaan teknologi pakan dan membantu pengolahan limbah ternak di Desa Margoagung, sebagai salah satu jembatan untuk transfer teknologi pakan sapi dari KP4 menuju masyarakat secara langsung.

Panitia Kegiatan, Bagian Humas
Mazia Rizqi Izzatika

Sabtu, 18 Mei 2013

Membaca Kota Melaka: Napak Tilas Kolonialisme Bangsa Eropa

Dalam setiap perjalanan itu selalu ada cerita dan wawasan baru yang menarik. Tak peduli seberapa singkatnya perjalanan itu. Saya beruntung bisa kembali mendatangi Melaka dan kali ini mempelajari lebih dekat tentang Kota bersejarah ini. Banyak hal menarik yang saya temukan. Tempat ini menyimpan masa lalu bangsa Asia Tenggara; potret kolonialisme bangsa Eropa. Tentang kenyataan adanya penjajahan terhadap bangsa Asia di masa lampau dan bukan hanya sekedar cerita-cerita yang pernah kita baca di buku-buku sejarah. 

Dulu saya sering mendengar nama Kota Melaka lewat buku-buku sejarah ketika di bangku SD atau SMP. Kota Melaka merupakan salah satu pelabuhan terpenting di kawasan Asia Tenggara pada zaman kolonial (sekitar abad ke 15), sebab merupakan tempat dimana kapal-kapal Portugis, Belanda dan Inggris transit sebelum akhirnya menuju pelabuhan-pelabuhan lain di wilayah Asia Tenggara. Selat Malaka sendiri hingga kini merupakan salah satu jalur pelayaran penting di dunia, sama pentingnya seperti Terusan Suez atau Terusan Panama. Selat Malaka membentuk jalur pelayaran terusan antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta menghubungkan tiga dari negara-negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia: India, Indonesia dan Republik Rakyat Cina. 


pemandangan di Melaka (courtesy ICRS)
Melaka merupakan salah satu provinsi terkecil ketiga di Malaysia setelah Penang dan Perlis. Pemerintah setempat menjadikannya sebagai kota sejarah bahkan UNESCO telah menetapkannya sebagai salah satu World Heritage Site sejak tanggal 6 Juli tahun 2008. Hal itu karena kota ini memang menyimpan banyak hal-hal penting bersejarah terutama tentang masa Kolonial di kawasan Asia Tenggara. 

*** 

Pesawat kami mendarat sekitar pukul 20.00 waktu Malaysia (satu jam lebih awal dari WIB), 1 jam lebih lambat dari yang kami perkirakan. Rencana semula saya dan teman-teman ICRS ingin menikmati makan malam di Jonker Street, salah satu tempat kuliner di Kota Malaka. Namun rencana tersebut batal karena pesawat yang delay, maka malam itu kami harus puas menikmati menu nasi lemak dan ayam panggang di Bandara LCCT. Perjalanan yang harus kami tempuh dari LCCT ke Melaka sekitar 2 jam lebih. Sepanjang perjalanan toko-toko sudah mulai tutup dan jalanan terlihat sepi. Kami pun akhirnya tiba di kota Melaka sekitar pukul 22.00. 

Keesokan harinya, saya sempat berjalan-jalan menikmati kota Melaka, tempat pertama yang kami kunjungi adalah Stadhuys (dari kata State House atau Kantor Pemerintahan), semua bangunan disini ini sengaja di cat merah, konon hal ini karena kebanyakan etnis yang tinggal di tempat ini adalah orang-orang India, mereka gemar memakan atau mengunyah sirih kemudian membuangnya di sembarang tempat, untuk menutupi kotoran sirih tersebut kemudian orang-orang sekitar mencat seluruh bangunan dengan warna merah. 

Queen Victoria Fountain, Jam Gadang dan Dutch Square

Sedikit kearah barat terdapat Dutch Square, sebuah taman dengan kincir angin buatan nampak berdiri elok, diseberangnya sebuah tugu berukuran besar yang sekilas mirip Jam Gadang di Bukittinggi, Sumatera Barat. Terdapat pula air mancur yang diberi nama Queen Victoria Fountain tegak berdiri indah. Ketika saya tiba disana, Air mancur tersebut baru saja dinyalakan. Tugu air mancur ini sendiri dibangun pada tahun 1901 oleh Inggris ketika berada di Malaysia. tempat ini banyak membangkitkan imajinasi saya tentang zaman-zaman kolonial. Sangat terlihat bahwa Kesultanan Melaka saat itu cukup kooperatif dengan para pendatang. Simbol-simbol budaya Asia dan Eropa juga ditemukan dimana-mana seolah-olah di tempat ini telah bertemu orang-orang dari penjuru dunia seperti Kincir Air Belanda, Kapal Portugis, Gereja gaya Eropa, Pemakaman Cina, Jejak-jejak Laksamana Cheng Ho dan lain sebagainya. 

Disekitaran Malaka

Dari Jl. Merdeka, saya melanjutkan lagi perjalanan ke Portugese Wall, sebuah replika benteng Portugis. Disini saya menemukan kampanye unik anti perdagangan organ ilegal di Cina. Sebuah koran berbahasa Cina sengaja ditinggalkan secara gratis. Tentu saja saya tidak mengambilnya, karena sudah pasti saya tidak bisa membacanya. Isu perdagangan organ di Cina sempat terdengar santer di tahun 2009, tak menyangka bisa menemukan kampanye isu tersebut hingga sekarang. 

Museum Samudra merupakan replika dari ‘Flora de La Mar’, sebuah kapal Portugis.

Pemandangan di dalam the Maritim Museum atau sering disebut juga Musium Samudra

Selanjutnya saya menuju ke kawasan the Maritime Museum.Tempat ini unik karena berbentuk kapal dan merupakan replika dari ‘Flora de La Mar’, sebuah kapal Portugis yang tenggalam di lepas pantai Melaka saat dalam perjalanan ke Portugal dan membawa barang-barang jarahan dari Melaka. Kapal ini berukuran 34 meter, 36 meter panjang dan lebarnya 8 meter. Di dalamnya terdapat benda-benda terkait dengan peralatan kapal seperti senjata, mata uang, diorama momen penting di Malaka, replika cabin kapten kapal dan ada juga replika kapal-kapal yang pernah datang ke Malaka. Disini pula saya dapat memahami perbedaan bentuk dan ciri khas dari setiap kapal Portugis, Inggris, Belanda ataupun India. 

Dataran Sungai Melaka

Di dataran sungai Melaka sebelah barat Kincir Air Melayu, dibangun tempat jalan kaki pinggiran sungai yang terbuat dari kayu. Di sana disediakan bangku-bangku sehingga bisa menikmati pemandangan sepanjang sungai dan pantulan bayangan bangunan hotel Casa del Rio yang cukup indah dan romantis. Suasana ini tidak nampak seperti Asia, terkesan seperti berada di pinggiran Kota Kanal. Melaka sebetulnya mirip dengan Stasiun Kota Tua Jakarta, seandainya pemerintah Jakarta mau lebih serius, mungkin bisa ditata lebih indah dan bersih daripada Kota Melaka.

Melaka River Cruise

Beberapa pemandangan selama menyusuri Sungai Melaka
Saya juga sempat menikmati Melaka River Cruise dengan kapal Memee no. 26, kami menyusuri sungai Melaka. Pemandangan di kanan-kiri cukup menarik. Bangunan rumah-rumah gaya kuno masih tetap dijaga nilai historisnya, selain itu warga setempat juga menghiasinya dengan lukisan dinding (graffiti) yang memiliki nilai seni khas setempat. Sungai Melaka juga dibiarkan natural tetapi dijaga kebersihannya. Beberapa tempat dipinggiran sungai sengaja ditanami Mangrove yang menjadi tempat sarang Biawak. Saya sempat melihat beberapa ekor biawak diantara batang dan akar Mangrove. Sepanjang sungai kami juga melewati berbagai macam jembatan seperti Jambatan Hang Tuah, Jambatan Pasar, Jambatan Kg. Jawa, Jambatan Tan Kim Seng, dan Jambatan Old Bus Station. 

Arsitektur Istana Kesultanan Malaka (Sultanate Palace) berupa Rumah Panggung

Di dalam kompleks Istana Kesultanan Malaka

Di kompleks Istana Kesultanan Malaka (Sultanate Palace) sendiri merupakan replika istana Kesultanan Melayu, bangunan museum ini mirip sekali dengan rumah panggung yang ada di Sumatera. Hal ini semakin membuat saya sadar bahwa Malaysia dan Indonesia benar-benar berasal dari satu rumpun yang sama. Selain itu ada beberapa bangunan peninggalan Portugis yang letaknya mengelilinginya. Yang paling terkenal adalah Benteng A Famosa, nama itu berasal dari kata Fortaleza de Malaca berarti Kubu Malaka atau Benteng Pertanahan Malaka, merupakan benteng pertahanan yang dibuat oleh Portugis setelah menaklukkan Malaka pada tahun 1511. Mereka menawan masyarakat setempat dan menyuruh secara paksa untuk membangun benteng tersebut. Bahan dasar bangunan tersebut diambil dari runtuhan masjid dan bangunan-bangunan sekitar lainnya. 

A famosa dan Reruntuhan Gereja St. Paul

Selain benteng, di kompleks ini bisa ditemui juga reruntuhan gereja tua yang sudah tak lagi terpakai, Gereja St. Paul. Di sebelah gereja ini ada kompleks pemakaman peninggalan Belanda, sementara kompleks kesultanan dikelilingi oleh gereja, benteng dan kuburan Belanda karena Melaka adalah bekas jajahan Inggris, Belanda dan Portugis. Seolah-olah untuk mengekang kekuasaan pihak Istana Melaka mereka mendirikan semacam fortless border di sekeliling istana, berupa benteng, kuburan dan Gereja. 

Museum-museum lain di Melaka

Sebetulnya di Malaka ada beberapa tempat menarik lainnya yang belum sempat saya kunjungi seperti Dataran Pahlawan, Menara Taming Sari, dan St. Francis Xavier’s Church. Ada banyak juga museum menarik yang berkaitan dengan sejarah Melayu dan Asia seperti Museum Kastam, Museum Rakyat, Museum Setem Malaka (Mallaca Stamp Museum), Museum Melayu Dunia Islam, dan Museum UMNO.

***
Saya banyak mendapatkan pengetahuan dengan mengunjungi tempat ini, termasuk bagaimana pemerintah setempat menata dan menjadikan tempat ini sebagai tempat wisata yang unik dan menarik. Kemajuan Malaysia juga tidak lepas dari bagaimana cara mereka mempelajari sejarah bangsanya. "Study the past if you would define the future", kira-kira begitulah Confucius mendefinisikan betapa pentingnya kita untuk mempelajari sejarah di masa lalu. Bangsa Indonesia juga pernah dijajah selama ratusan tahun dan kita tidak boleh lupa akan hal itu. Masa lalu bagi seorang modern adalah tempat merujuk ke arah perkembangan, sebab hal itu bagian dari proses belajar untuk terus maju dan tumbuh.


M.
Melaka, 10 Mei 2013