Jumat, 23 Agustus 2013

Penyuluhan Sampah Plastik di Padukuhan Dukuh, Desa Margoagung, Seyegan

Barangkali kita memang terlampau egois jika tak mau peduli dengan sampah. Kita adalah manusia penghasil sampah. Setiap harinya saja entah itu shampoo, bungkus makanan, kertas, barang elektronik, plastik pembalut ataupun rokok, benda-benda sederhana yang begitu dekat dengan kita justru menghasilkan sampah. Namun ketika kita bersanding dengan sampah, tidak sedikit dari kita justru enggan, jijik dan 'angkat tangan', seolah-olah kita adalah manusia yang tak pernah menghasilkan sampah. 

Permasalahan sampah yang terjadi didepan mata itulah yang menggerakan saya dan teman-teman untuk mengadakan penyuluhan tentang pengelolaan sampah, baik itu sampah organik ataupun non-organik. Keinginan saya untuk mengadakan program ini sebetulnya hanya sederhana yaitu lebih kepada pengembangan ibu-ibu dasawisma. Para ibu rumah tangga di Desa ini banyak memiliki waktu luang sehingga sangat baik jika waktu yang mereka miliki digunakan untuk melakukan kerajinan, akan lebih baik lagi jika kerajinan tersebut berkaitan dengan pengelolaan sampah. Meskipun ada juga alasan lain yaitu keprihatinan saya dengan kondisi pengelolaan sampah yang ada di Desa ini. Selama ini, sampah hanya dibuang begitu saja di sungai belakang rumah, tanpa ada seorang pun yang peduli akibat dari pembuangan sampah apabila terus menerus dilakukan. Mungkin bisa banjir. Mungkin bisa longsor. Mungkin bisa menjadi sarang penyakit. Padahal di padukuhan ini sendiri sudah ada warga yang terkena virus air kencing tikus, atau leptospirosis, mungkin adanya penyakit berbahaya ini cara lain Tuhan untuk mengingatkan kita agar lebih menjaga lingkungan. 

Mengerjakan program ini tentu saya tidak bisa sendirian, selain jauh dari keahlian studi saya, dalam beberapa hal saya masih harus mempelajari tentang pengelolaan sampah terutama sampah plastik, oleh karena itu saya melaksanakannya bersama dua teman saya dari klauster sainstek yaitu Umi (MIPA) dan Daniel (Teknik). Beberapa dari kami (mahasiswa KKN) memang sangat minim akan pengetahuan soal pengelolaan sampah, namun hal itu tidak mengecilkan semangat kami untuk berhenti begitu saja, kami berusaha mempelajari mengenai pengelolaan sampah, bahkan kami mendatangi beberapa tempat yang kira-kira bisa menjadi referensi untuk mendapat pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Salah satunya, kami sempat mengunjungi Desa Wisata Lingkungan Sukunan, merupakan Desa di daerah Gamping, Yogyakarta yang terkenal sebagai tempat percontohan pengelolaan sampah, mulai dari sampah organik dan non-organik. 

Setelah mencari tahu informasi kesana-kemari akhirnya kami mendapatkan kontak pak Iswanto, yang kemudian kami tahu bahwa beliau adalah Dosen Poltekkes yang telah menggerakkan masyarakat di Desa Sukunan untuk melakukan pengelolaan sampah secara serius. Setelah mencoba untuk menghubungi Pak Iswanto, beliau justru meminta kami untuk menghubungi mbak Harti. Pada hari Jum'at, kami memutuskan untuk berangkat langsung ke Desa Sukunan untuk menemui mbak Harti tersebut. Diluar perkiraan saya ternyata Desa Sukunan tidak serapi dan sebersih yang saya kira, namun jika dibandingkan dengan desa lain yang ada di Yogyakarta, lingkungan Desa Sukunan memang terlihat terawat dan terjaga. Di Desa Sukunan juga telah disediakan peta bagi setiap pengunjung sehingga kami bisa mengetahui tempat-tempat yang dibuat khusus untuk pengelolaan sampah. Pada awal kunjungan, tempat pertama yang kami coba kunjungi adalah Lumbung Sampah, tempat ini pada dasarnya TPS (Tempat Pembuangan Sampah) yaitu tempat pengumpulan sampah dari sampah-sampah rumah tangga. Setiap rumah di Sukunan diharuskan memisahkan sampah organik rumah tangga mereka dan memasukkannya dalam bak pengomposan. Kemudian masyarakat akan mengolah sendiri pengomposan tersebut dengan komposter sebagai alat pembuatan kompos. 

Gambar 1. Klasifikasi sampah yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Sukunan. 

 
Gambar 2. Lumbung sampah Kampung Sukunan beserta penggolongan sampah didalamnya.

Karena kami ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang Sukunan, maka kami pun pergi mencari rumah mbak Harti. Ketika kami sampai dirumah, semua mata kami langsung tertuju pada taplak meja yang terbuat dari bungkus indomie. Ternyat ambak Harti juga merupakan salah satu penyuluh tentang pengelolaan sampah terutama terkait dengan kerajinan dari sampah plastik. Maka kami pun mencoba melakukan wawancara singkat dengan mbak Harti, kami menanyakan berbagai macam masalah seputar pengelolaan sampah, serta tentang bagaimana mengubah mindset masyarakat Sukunan yang bisa bergerak bersama-sama untuk melakukan pengelolaan sampah. 

Mbak Harti menyatakan bahwa pelopornya yaitu Pak Iswanto, yang mengajak masyarakat untuk peduli melakukan pengelolaan sampah. "Awalnya sulit mengajak orang lain dan banyak yang mencibir, tapi makin lama ya yang mencibir malu sendiri, yang lain mau memilah sampah kok sendirinya tidak". Mbak Harti juga menyatakan bahwa pengelolaan sampah memang harus dimulai dari diri kita sendiri dan hal yang terkecil, sampah rumah rumah tangga, tidak bisa jika kita hanya memulainya dengan yang besar saja. Sebab sampah itu dihasilkan dari individu-individu. 

Masyarakat desa Sukunan membagi sampah menjadi 3 kategori, yaitu sampah plastik, sampah kertas, dan sampah logam. Warga memisahkan dengan cara menyediakan 3 macam karung berbeda di setiap rumah. Karung-karung tersebut dibedakan berdasarkan jenis sampahnya. Setelah karung-karung sampah yang berada di setiap rumah penuh, warga bisa mengumpulkannya ke dalam 3 drum besar yang telah disediakan di beberapa sudut desa. Dalam waktu yang telah ditentukan, drum-drum disetor ke TPS yang sudah dibangun di desa Sukunan. Jika jumlah sampah kira-kira sudah mencapai 1 truk, sampah dijual ke pengepul. Akan tetapi ternyata ada jenis sampah yang kurang diminati oleh pengepul. Sampah plastik yang berwarna dan dilapisi aluminium foil tidak mempunyai harga jual kembali yang tinggi, sehingga pengepul enggan mengambilnya. Sampah jenis ini biasanya berakhir dengan dibakar atau dikubur. Warga menyadari tindakan tersebut sangat tidak ramah lingkungan. Warga Sukunan mencoba menyikapi hal tersebut dengan mengolah sampah plastik menjadi barang yang lebih bernilai. Kemudian muncul ide-ide kreatif membuat tas, dompet, tempat ponsel, hingga tempat koran dari sampah plastik. Pada awalnya diadakan pelatihan rutin oleh ibu-ibu PKK untuk membuat kerajinan tersebut. Pada perjalanannya, hampir semua ibu-ibu Sukunan bisa melaksanakan produksi sendiri di rumah masing-masing. 

Nah ide-ide itulah yang ingin kami tularkan di Desa Margoagung, memulai pelatihan tentang pengolahan sampah plastik, penggunaannya serta pengolahannya. Awal mulanya kami mencoba mengadakan pelatihan pemilahaan sampah, sebab perilaku pemilahaan sampah memang sudah harus diterapkan sejak awal agar dapat membantu pengelohan sampah. Kami membuatkan semacam percontohan tempat pemilahan sampah, untuk rumahan melalui penyuluhan kepada ibu-ibu dasawisma di RT 01/02 di Desa Margoagung. Melalui percontohan ini kami harapkan masyarakat untuk dapat meneruskan pemilahan sampah. Pada percontohan pemisahan sampah dibagi menjadi tiga, yaitu sampah plastik, sampah organik dan sampah kertas. Hal ini sesuai dengan pemilahan sampah berbasis pemanfaatan. 

Gambar 3. Contoh pembuatan pemilahan sampah rumah tangga yang dibuat oleh Mahasiswa KKN 

Gambar 4. Penyuluhan sampah plastik dan gaya hidup go green. 

Sampah plastik dapat digunakan untuk kerajinan, sementara sampah organik dapat digunakan untuk pupuk kompos ataupun pupuk cair , kemudian saya bertanggung jawab untuk Penyuluhan tentang plastik, menggunakan model terkait dengan jenis-jenis plastik yang biasa digunakan untuk tempat makan atau konsumsi alternatif dan tidak sekali pakai. Pelatihan pengelolaan sampah ini dilaksanakan untuk memberikan ketrampilan lebih kepada ibu-ibu dasawisma agar bisa memanfaatkan sampah, khususnya sampah plastik, karena sampah plastik merupakan sampah yang sulit terurai. Selanjutnya untuk pemanfaatan limbah sampah organik, Daniel telah membuatkan dan memperkenalkan komposter, sebagai alat pengurai sampah organik sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos atau pupuk cair. Ide pembuatan komposter ini dipelajari dari KP4 (Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian) UGM , yang juga merupakan Mitra dari KKN SLM 21. Dimana KP4 UGM juga melakukan penelitian serupa terkait starter atau zat yang dapat membantu mengembangbiakan bakteri pengurai sampah (mikroba) agar dapat menjadi pupuk, dengan demikian kami sebagai mahasiswa KKN dapat secara langsung mengaplikasikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh KP4 UGM. Komposter yang diperkenalkan Daniel dan teman-teman KKN lainnya cukup sederhana yaitu berupa tong plastik yang diberi penyekat sampah semacam saringan, agar nantinya cairan dari sampah yang telah terurai menjadi pupuk cair atau pupuk kompos. 

Sementara Umi mengadakan pelatihan kreasi kerajinan tangan dari sampah plastik seperti bunga dari kantong plastik (kresek) atau botol plastik. Pelatihan yang diajarkan oleh Umi ini juga didapat dari workshop pengelolaan sampah yang berkerjasama antara KKN-PPM UGM Unit SLM 20 dan KP4 UGM di Berbah. 

M.
Yogyakarta, July 2013

Kamis, 22 Agustus 2013

Pelatihan Kaligrafi with Anak-anak Dukuh

Akhirnya program terakhir TPA, untuk belajar bareng nulis Kaligrafi terlaksana :) 
dan ini beberapa dari karya terbaik mereka:



Kamis, 08 Agustus 2013

Eid Mubarak!


Dear readers, taqobbalallahu minna wa-minkum, syiyamana wa-siyamakum, minal 'aidin wal-faizin, May Allah accept our fasting, prayers, our ruku’ and sujood, devotions and obedience. And that He increase our Iman, Syukr and guide us to become the Mutaiins. Aamiin.


Happy Eid al-Fitr!

M.
Yogyakarta, August 2013

Minggu, 28 Juli 2013

Penyuluhan Hukum Tindak Pidana Korupsi di Desa Margoagung, Seyegan, Sleman

Adanya penyelenggaraan program ini dimulai dengan sebuah permasalahan yaitu para pegawai kelurahan masih belum memahami jenis-jenis perbuatan yang dapat digolongkan dalam Tindak Pidana Korupsi sehingga terkadang mereka menentukan suatu kebijakan tertentu dengan niat baik bagi kepentingan masyarakat namun diketahui oleh LSM atau lembaga hukum lain yang ternyata kebijakan tersebut termasuk dalam jenis tindak pidana korupsi. Oleh sebab itu untuk memperluas pengetahuan para pegawai dan pejabat kelurahan Desa Margoagung dan mencegah terjadi perkara yang tidak diinginkan maka dibutuhkan penyuluhan atau pelatihan terkait dengan Tindak Pidana Korupsi dan Gratifikasi.


Pada tanggal 28 Juli 2013, KKN-PPM UGM berkerjasama dengan Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM mengadakan Penyuluhan Hukum tentang Anti Korupsi dan Gratifikasi di Balai Desa Margoagung, Seyegan, Sleman. Dengan pembicara Faris Fachryan S.H. yang merupakan peneliti muda di PUKAT, membuka penyuluhan dengan penjelasan terkait dengan gratifikasi.


Acara ini berjalan lancar dengan dihadiri oleh 15 orang dari pegawai atau perangkat Desa dan pengurus Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD). Bahkan beberapa diskusi menarik sempat muncul dalam sesi tanya-jawab dengan pembicara. Pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan adalah seputar gratifikasi yang sering terbentur dengan unggah-ungguh atau sopan santun yang telah ada di masyarakat Jawa itu sendiri. Pada dasarnya, kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang tindak pidana korupsi khususnya yang terkait dengan gratifikasi dapat menjadi penyebab keterlibatan seseorang dalam perkara korupsi khususnya gratifikasi. Di sisi lain, kurangnya pengetahuan tersebut dapat juga menyebabkan timbulnya rasa ketakutan yang berlebihan pada setiap orang penyelenggara urusan pemerintahan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Untuk itu, bagi Perangkat Desa dibutuhkan pemahaman yang tepat agar dapat berdampak positif dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawab setiap perangkat desa. 

KKN-PPM Unit SLM 21 menyelenggarakan kegiatan penyuluhan hukum ini diharapkan dapat dijadikan sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan dapat digunakan sebagai pengetahuan dalam menghindari diri sendiri dan rekan kerja lainnya dari keterlibatan dalam tindak pidana korupsi dalam hal ini gratifikasi.


Penanggung Jawab Kegiatan:
Mazia Rizqi Izzatika
Ghina Rahmantika
Fadhil

Selasa, 23 Juli 2013

The Other Side of Us

Dinginnya malam tidak membuat kita menyerah untuk kembali ke pondokan dan membungkus diri dengan selimut hangat. Kita justru melanjutkan perjalanan untuk menghabis sisa-sisa waktu menuju tengah malam. Hingga sampailah pada sebuah cafe yang sebetulnya berada tak jauh dari campus yang telah lama kita kenal. Malam itu kita bertujuh seperti masuk pada sisi lain dari pribadi masing-masing. Hingga percakapan tentang rasa dan ketertarikan dengan lawan jenis pun tak bisa dihindari. Entah mengapa selalu ada saja rasa ingin tahu tentang perasaan orang lain. 


Jika kalian selalu bertanya; mengapa malam itu aku menjadi begitu pendiam? Sifat asliku memang tak banyak bicara, introvert dan membenci keramaian. Dulu aku lebih memilih diam daripada mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku, kemudian aku berubah, lebih baik aku mengungkapkan daripada mengganjal dan menjadi luka. Namun kini aku paham, keduanya sama saja, jika tak digunakan tepat pada waktunya justru akan menjadi luka, yang berbeda hanya waktu. Kita setiap manusia memiliki bara di dalam dirinya, yang bisa tersulut kapan saja. Kita yang harus menjaga agar perasaan itu tetap pada porsinya.

Entah itu tentang perasaan perempuan yang mudah untuk direkayasa? atau tentang perbedaan antara rasa kagum dan rasa cinta? atau tentang perjalananmu untuk mengenali karakter setiap perempuan? Aku tak peduli. Aku tak punya niat terselubung untuk mengatakan bahwa "aku sedang ingin bermain-main". Aku hanya baru saja terluka. Semua tentang laki-laki serasa begitu skeptis, hingga membuatku berpikir "semua laki-laki itu sama saja, berbagi pada siapa saja dan lupa pada semua". Tapi yang pasti, hati manusia memang sangat mudah untuk berubah.

Aku menikmati setiap percakapan yang sama-sama kita semua lewati. Tak ada salahnya memang untuk lebih mengenali sisi lain dari seseorang. Meski ada segeliat pertanyaan; bukankah lebih baik jika kita diam dan hanyut dalam perasaan masing-masing tanpa perlu mengenal satu sama lain? Sebab kita adalah kumpulan peristiwa-peristiwa yang telah kita lewati. Kita semua berbeda dalam menjalani kehidupan. Namun disisi lain, bukan berarti kita dipertemukan hanya untuk sekadar berkenalan dan berkerja sama selama dua bulan, fate did not bring us together for nothing, isn't it?

Lesson learned. Proceed onward. Life, love and work, awaits.

M.
Yogyakarta, Juli 2013.

Selasa, 16 Juli 2013

The Bliss of Innocent

“[Kids] don't remember what you try to teach them. They remember what you are.” 
Jim Henson, It's Not Easy Being Green: And Other Things to Consider


Dua bola mata lugu itu menatapku penuh makna, tubuhnya kecil dengan kulit berwarna sawo matang yang dibalut kaos berwarna biru lusuh, tanpa alas kaki anak kecil itu berlari kesana kemari. Terkadang menatapku sejenak dengan muka yang menahan tawa, seolah-olah ada hal yang benar-benar menggelikan dariku, bahkan aku sendiri tak pernah tahu apa yang ada dipikirannya. Kemudian dia memanggil temannya yang berbadan lebih gembul untuk pergi bersamanya agar mau berkenalan denganku. "Ayoo to kenalan ama mbak-mbak KKN!" teriaknya dengan logat jawa yang kental. Aku sendiri sedikit geli mendengarnya ketika aku dan teman-teman yang lain dipanggil "mbak-mbak KKN". 


Peristiwa itu terjadi pada hari pertama ketika kami hendak menjalankan program TPA di rumah Bu RT (Bu Sumarman). Saat itu aku tidak sendirian, ada beberapa teman yang membantuku meski sebetulnya hanya ada dua orang pengajar tetap di program KKN yaitu aku dan Neena (yang juga teman satu kampus di Fakultas Hukum, UGM). Sementara dua orang lainnya yaitu Umi (dari Fakultas MIPA) dan Asty (dari Fakultas Kehutanan) hanya membantu pada pertemuan pertama kami sekaligus perkenalan dengan ibu RT. 

** 
Hari pertama kami mengajar, kami memang sedikit kikuk, sejujurnya aku sendiri tak memiliki banyak pengalaman mengajar terutama dengan anak-anak, sekalipun sebetulnya aku sendiri memiliki beberapa keponakan di rumah. Kami akhirnya memutuskan untuk cukup membimbing mengaji saja. Sambil mengikuti kegiatan yang biasanya dilakukan di TPA kecil tersebut. 

Hari kedua, kami mulai mengajarkan tentang tata cara menulis huruf hijaiyah, dengan sedikit modal kemampuan tentang menulis kaligrafi, aku memberanikan diri untuk terus mengajarkan bagaimana cara menulis huruf hijaiyah yang baik dan benar, tidak mudah ternyata, dalam beberapa hal justru kesabaranku benar-benar diuji. Belum lagi ada beberapa anak-anak kecil laki-laki yang glidik (nakal dalam bahasa jawa), sulit sekali untuk diatur. Semua itu juga mengingatkan tentang diriku ketika aku masih kecil dan sesekali membuatku berpikiran "ah namanya juga anak kecil". Sebetulnya jadwal mengajar kami dimulai dari pukul 16.30 sampai 17.15, meski terkadang molor juga, sehingga ketika sampai di pondokan KKN biasanya sudah terdengar adzan Magrib. 

***


Hari-hari menjalankan program mengajar TPA berlalu begitu cepat, melihat tingkah anak-anak kecil yang semakin lama semakin bandel terkadang membuat semangatku untuk mengajar sedikit luntur. Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka bahkan belajar sendiri agar semakin lama tulisan kaligrafiku semakin baik, namun ada kalanya ketika aku datang untuk mengajar ke rumah Bu RT di sana justru kosong melompong, ternyata karena siang hari hujan deras, anak-anak memilih untuk tidur dirumah masing-masing, atau terkadang mereka datang TPA tetapi tidak membawa buku untuk berlatih. Maka sedikit demi sedikit aku mulai mempelajari karakter mereka walaupun terkadang aku menyadari anak-anak memang tabiatnya senang bermain, atau mungkin hanya aku saja yang selalu menghadapi segala hal terlalu serius? 


Pernah pada suatu hari sebelum bulan Ramadhan, kami pergi mengajak anak-anak berkeliling dukuh Watukarung II (tempat kami berada). Selain itu supaya kami lebih mengenal lingkungan kami sekitar, sebab kami nantinya akan tinggal di desa ini selama dua bulan. Saat kami mulai menyusuri jalanan kampung, tiba-tiba salah seorang anak memintaku untuk terus mengenggam tangannya. Ketika kami mulai berjalan, dia bercerita dengan polosnya, tanpa rasa ragu, tentang sekolahnya, tentang tempat dia bermain-main, tentang keinginannya untuk seperti mbak-mbak KKN, tentang hewan-hewan di kandang ternak, tentang hal-hal lain yang begitu sederhana. Tanpa aku sadari aku pun larut dengan segala ceritanya. Yang membuatku heran adalah entah mengapa anak kecil yang satu ini tak mau melepas tanganku meski yang lain justru berlarian kesana kemari. "kenapa gak ikut maen-maen dengan anak yang lain, itu lo kesana?" tanyaku, sebetulnya aku sedikit risih jika tanganku terus menerus digenggam. "Gak mau, ntar mbak KKNnya diambil anak yang lain". Aku justru tertawa. Ada sebersit kebahagiaan ketika ternyata keberadaan kita mampu masuk ke dalam dunia mereka. 




Sebab entah apapun yang kelak akan kami tinggalkan di Desa ini, seberapa besar hal yang akan kami berikan pada mereka, anak-anak mungkin hanya akan mengenal kami sebagai "mbak-mbak KKN" mereka melihat sebagaimana yang terlihat tanpa ada prasangka, kepolosan mereka layaknya cermin yang menunjukkan siapa kami. Entah itu baik atau buruknya perilaku kami. 

Well the most sophisticated people I know is inside they are all children. Now I realized, there's nothing more contagious than the laughter of young children; it doesn't even have to matter what they're laughing about, there is kind of bliss, coming out from their innocent and I think, I am starting to like them. I am pretty sure that I am gonna miss their laughter someday. 

M. 
Sleman, July 2013.

Rabu, 10 Juli 2013

Viva La Sub-Unit 1

Selama mengikuti KKN saya menjadi bagian dari Sub-unit 1, yang mana personilnya memiliki keunikan masing-masing (unik dan aneh itu beda tipis bro), profil makhluk-makhluk unik tersebut sebagai berikut:

1) Ghina Rahmatika (Panggilan: Neena)
Sosok ceria namun sering geje ini adalah Kormasit (Koordinator Mahasiswa Tingkat sub-unit) dari Sub-Unit 1 tercinta, dimana Kormasit adalah jabatan paling menderita setelah Kormanit. Biasa di sapa nena a.ka Nenek. Asal Brebes dan merupakan mahasiswi Fakultas Hukum angkatan 2010. Mengaku pecinta langit (bukan pecinta pria apalagi wanita.kekeke~). Jika ingin mengenal lebih dekat dengan Nena bisa menghubungi akun Twitternya @neena_rahma , akhir-akhir ini dia senang sekali berkicau di Twitter, karna galau menerima kenyataan ditakdirkan menjadi kormasit subunit 1 :) 

2) Daniel Adiputra Kurniawan (Daniel/Niel/Daniel-la etc.)
Makhluk yang satu ini berasal dari Magelang, saat ini sedang menjadi mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 2010 yang narsisnya kelewatan. Daniel terpaksa menjadi pria paling rajin di Subunit 1 karena dengan paksa pula telah dinobatkan menjadi Kormanit (Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit) SLM 21, sebagaimana kita semua tahu, Kormanit adalah jabatan paling menderita di KKN. Meski demikian Daniel selalu sabar dan tabah menghadapi segala cobaan hidup #halah. Daniel juga menganut aliran anti-mainstream dan sedikit "sakit jiwa" sebagaimana diungkapkan melalui akun resmi Twitternya @AdiputraDaniel. Kegemarannya adalah memasak dan motto hidupnya adalah Life is Simple bro :) 

3) Umi Nafisah (Umi~/Mie/Nafisss)
Umi adalah mahasiswi MIPA jurusan Matematika angkatan 2010, dia juga diamanahi menjadi bendahara Unit SLM 21, maka menjadi orang paling POPULER karena sering dicari oleh anggota KKN lain untuk minta uang. Di KKN ini umi akhirnya menemukan bakatnya yang terpendam yaitu Melukis wajah orang. Umi ibarat umi bagi subunit 1 karena paling rajin beres-beres dan nyapu. Umi juga berhasil dipengaruhi oleh komplotan orang di subunit 1 untuk akhirnya memiliki akun Twitter yaitu @2Faethz :) 

4) Asti Anjelita Kartika (Astiiii~)


Asti adalah mahasiswi Fakultas Kehutanan angkatan 2010 yang sangat Unik. Sebab, banyak sekali keunikan yang telah kami temukan pada makhluk yang satu ini (salah satunya kalo sudah tidur ternyata sulit sekali dibangunkan XD). Sebagai pecinta tanaman, setiap kali pergi kemana-mana selalu saja memperhatikan tanaman dan paling tidak menyentuh daunnya sambil menebak-nebak nama tanaman tersebut (-.-)'. Asti sangat pandai membuat karikatur dan pecinta komik Jepang, hasil karikatur disamping foto para makhluk Subunit 1 ini juga merupakan buah karyanya. Di KKN ini Asti menjabat posisi tak kalah penting yaitu Sekretaris Unit SLM 21. Asti selalu dipenuhi oleh aura positif dan menyebabkan orang-orang sekitarnya kesulitan mengetahui ekspresi wajah Asti yang ambigu antara bahagia atau kecewa. Untuk bisa lebih berkenalan dengan Asti, bisa melalui akun Twitter @AstiAnjelita atau Facebooknya :)

5) Chrisal Aji Lintang aka Muhammad Qibil (Qibil/Kiwil/Killbil etc.)
Pria ini adalah laki-laki tulen (maklum sering dikira perempuan karena rambut panjangnya yang sangat indah), biasa disapa Qibil, yang merupakan mahasiswa MIPA jurusan Elektronika dan Instrumentasi (Elins) angkatan 2010. Kalau ditanya: "Kenapa sih bil kamu panjangin rambut?" jawabnya, "Gak tahu, soalnya rambutnya panjang sendiri" Ya iyalah! *sambil pengen lempar kursi*. Qibil paling ahli bermain musik, segala macam jenis alat musik mampu dimaenkannya (ngakunya sih gitu), so, don't judge a book by its cover. Qibil sedikit anti dengan med-soc di internet, oleh sebab itu komplotan subunit 1 sedang berusaha sekuat tenaga untuk membujuk Qibil punya akun Twitter. Mohon doa restu supaya kami sukses~ :) 

6) Muhammad Aprizal (Mas Ichal)
Laki-laki asal Tegal ini adalah orang yang paling dituakan di Subunit 1, biasa disapa "MAS ICHAL!". Beliau merupakan mahasiswa jurusan Perikanan angkatan 2008 yang sedang mati-matian mengerjakan skripsi dan ingin segera lulus, sebab deadlinenya 8 bulan lagi akan menikah meskipun belum jelas dengan wanita mana? -.-'. Tapi inilah kelebihan mas Ichal dari anggota Subunit 1 lainnya, satu-satunya yang sudah memiliki pasangan. Mas Ichal juga makhluk hidup di subunit 1 yang memiliki frekuensi tidur paling lama di siang hari karena semalaman lembur kerja. Beliau ini mencintai kebebasan dan konsisten menjadikan "cuci piring" sebagai lahan sengketa di Subunit 1. Beliau sebetulnya mengaku punya Twitter tetapi sampai sekarang komplotan Subunit 1 belum berhasil melacak akun resmi miliknya, ya begitulah mas Ichal~ 

7) Mazia Rizqi Izzatika (Maz/Mass/Zi etc.)
Anggota terakhir dari subunit 1 adalah pemiliki resmi blog ini, yang merupakan mahasiswi Fakultas Hukum angkatan 2010 dengan konsentrasi Hukum Internasional. Anaknya baik hati, tidak sombong dan gemar menabung, buah favoritenya adalah pisang, cita-cita hidupnya menjadi jurnalis perang meskipun masih galau juga. Di KKN, Mazia dipilih menjadi Kormater Sos-Hum. Kalo ingin kepo segala sesuatu tentang Mazia bisa dilihat di akun Twitter @maziaizzatika, gak usah malu-malu, scroll terus Tweets-nya sampai bawah yaaa~ ;) 

Ada satu lagi! penyusup Sub-unit 1, yaitu:
8) Angga Khoirrurozi
Angga adalah mahasiswa MIPA dari jurusan Kimia Murni, merupakan makhluk dari UFO alias Unit Fotografi UGM. Oleh sebab itu, siapapun yang ingin eksis di foto-foto KKN sebaiknya dekat-dekat dengan Angga. Hehehe. Sebetulnya Angga anggota personil subunit 2, yang dikirim untuk menyusup di rapat Ternak Kadang "Rukun" dimana kandang tersebut berada dibawah wilayah kekuasaan sub-unit 1, jadi terpaksa ada karikaturnya di daftar hadir rapat dengan kadang ternak Rukun. Angga yang senang bekerja sendiri sebetulnya baik hati dan gemar menolong, hal ini menjadikan dirinya sebagai salah satu korban bully paling favorite. Saat ini, Angga juga berprofesi menjadi photographer freelance, berminat menghubungi Angga bisa melalui akun Twitter @angga_khoirurozi :)

Demikianlah profil personil KKN Subnit 1 SLM 21, suka dan duka akan kami lewati bersama selama dua bulan, mohon doa restunya supaya program-program kami berjalan lancar :")
Cheers~

M.
Sleman, July 2013