photos courtesy of @narastika
Ketika saya memasuki Terminal BJXII Equator #2 di Taman Budaya Yogya (TBY) satu dari lima venue Biennale Jogja, seperti biasa karya seni selalu menunjukan
daya tarik tersendiri, saya melihat Tim Artistik dari perhelatan pameran seni
rupa ini sengaja mendesain ruangan galeri seperti sebuah Bandara. Saat itulah
saya menyadari mengapa disebut Terminal dan arti kata “Welcome to Airport” di salah satu graffiti beranda sebelum memasuki
Galeri TBY. Selayaknya memasuki sebuah airport
tempat dimana orang datang, pergi dan bersinggah sejenak dari sebuah perjalanan
panjang, airport mungkin juga
mencerminkan mobilitas dari manusia itu sendiri. Maka, saya pun menerka-nerka;
kearah Gate nomor berapa saya harus
menuju?
Yang paling saya suka dari mengujungi pameran seni rupa
adalah selalu ada makna yang dari setiap karya seni yang dibuat oleh para
seniman. Sembari menebak-nebak imajinasi sang seniman, saya hanyut dalam pesan
yang muncul dari karya seni tersebut. Saya termasuk orang yang cukup awam
dengan dunia seni rupa, tetapi bisa dibilang menyukai dunia tersebut. Sebut
saja, penikmat seni rupa. Outliners.
Karya yang cukup menarik yaitu Berjudul “Deru”
karya Ugo Untoro,
Kaki-kaki kuda yang sengaja di pasang di langit-langit Galeri TBY. Sedari awal
saya sudah menduga kaki-kaki Kuda itu merupakan kaki asli, karena bentuknya
begitu mirip. Namun teman saya mengatakan itu hanya kayu yang dibentuk kaki
kuda, sampai saya menemukan sebuah artikel yang menyatakan bahwa puluhan kaki kuda itu betul-betul asli. Memang sangat mengecoh, untuk apa sang seniman harus
mengumpulkan kaki-kaki itu? Kuda adalah hewan tunggangan kuat
yang berpengaruh bagi mobilitas manusia di masa lalu. Melihat kaki-kaki di langit-langit itu seperti melihat
kuda-kuda kuat berlarian dalam pikiran saya. Menderu; Gedebak...gedebuk...gedebak...gedebuk. Karya seni itu cukup meninggalkan
kesan yang mendalam akan keberadaan kuda dalam realitasnya.
Karya instalasi berjudul "Deru" oleh seniman Ugo Untoro
Karya lain
cukup menyita perhatian adalah adanya loker, loker, dan lagi-lagi loker
dibeberapa tempat pameran Biennale Jogja XII Equator #2. Sama. Pertanyaan menarik
adalah apa maksudnya? Loker-loker tersebut sebuah karya seni dengan judul “100
Moving Numbers” karya Syagini Ratna Wulan yang menunjukkan bahwa satu tempat
berkesinambungan dengan yang lain. Di dalam loker tersebut juga terdapat
benda-benda sederhana yang kadang muncul dalam kehidupan kita sehari-hari.
Sembari ada kartu pos di dalam setiap loker yang berisi nomor dan memberikan
narasi tertentu. Sekali lagi, ini semacam menumbuhkan imajinasi bagi para
penikmat seni seperti saya.
Acara ini diselenggarakan pada 16 November 2013 sampai 6
Januari 2014, bagi belum sempat mengunjungi, tidak ada salahnya jika ingin
meluangkan waktunya sejenak untuk menikmati karya seni. Beberapa
diantara Karya seni yang ditampilkan telah memberikan impuls; membuka mata, hati
dan pikiran bagi setiap pengunjung yang menikmatinya.
M.
Yogyakarta dan Hujan di Akhir tahun 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar