In our hidden place. Somewhere only we know. We have our hidden truth that keep us safe. Please believe that what we had was real.
Pernahkah kau ingat pertemuan kita di kala senja itu? Pernahkah kau ingat dimana kita memulai pembicaraan ini? Pernahkah kau mencoba menerka apa yang kala itu aku pikirkan?
Sedetik. Aku menganggap bahwa pertemuan itu adalah akhir. Aku yang berubah dan kamu yang berlalu. Dunia pun tak lagi ramah kepada pemimpi seperti kita. Orang bilang kita terlalu naif mengejar mimpi. Gairah masa muda memaksa kita menjadi manusia-manusia ambisius dan keras kepala. Atau barangkali terlalu berdiri tegak dan menangkat kepala tinggi-tinggi. Namun demi Tuhan, aku pun manusia biasa yang juga ingin mengejar masa depan.
Semenit. Aku menganggap bahwa pertemuan itu adalah awal. Aku memang berubah dan kamu pun begitu. Aku tak ingin memungkiri bahwa setiap manusia pasti akan berubah. Maka tak penting apakah aku berubah atau kamu yang telah berubah. Terkadang kita terlanjur mencaci dan membenci, tetapi selalu ada penyesalan di akhir kalimat. Aku tak ingin menjadi naif.
Sejam. Aku menganggap bahwa pertemuan itu adalah sebuah negosiasi. Pembicaraan antara aku dan kamu, untuk memulai sebuah perjalanan yang baru. Menegosiasikan kehidupan baru. Memori baru. Mimpi baru. Pemikiran baru. Hanya karena kerendahan hati, mungkin engkau mengalah. Sementara aku tahu, aku akan dikepung rasa bersalah dan sia-sia.
Barangkali aku terlalu lama menentukkan arti pertemuan itu. Di suatu tempat yang hanya kita tahu, aku bahkan masih berdo'a dalam hati, bahwa kita akan kembali bertemu. Somewhere only we know.